Kamis, 26 Agustus 2010


Kadang tanpa kita sadari membaca kumpulan kata mutiara cinta dapat menentramkan hati yang sedang gundah gulana. Topik seputar Cinta memang tak pernah habis untuk dibicarakan, entah berapa ribu bahkan jutaan kata-kata mutiara tentang cinta untuk diucapkan, direnungkan, dikhayalkan, namun belum tentu bisa direalisasikan. Entahlah, cinta memang aneh dan bisa diungkapkan dengan kata-kata mutiara cinta sesuai dengan situasi dan kondisi. Kumpulan kata-kata mutiara cinta dibawah ini mungkin bisa memberi inspirasi bagi anda untuk mengungkapkan betapa dalam cinta anda pada si dia.

Cinta sebenarnya tidak buta. Cinta adalah sesuatu yang murni, luhur dan diperlukan.
Yang buta adalah bila cinta itu menguasai dirimu tanpa suatu pertimbangan.

Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak, bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka,
bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merasa rindu dan cemburu.

Cinta bukanlah dari kata-kata tetapi dari segumpal keinginan diberi pada hati yang memerlukan.
Tangisan juga bukanlah pengobat cinta karena ia tidak mengerti perjalanan hati nurani.

Kejarlah cita-cita sebelum cinta, apabila tercapainya cita-cita maka dengan sendirinya cinta itu akan hadir.

Cinta seringkali akan lari bila kita mencari, tetapi cinta jua seringkali dibiarkan pergi bila ia menghampiri.

Cinta pertama adalah kenangan, Cinta kedua adalah pelajaran, dan cinta yang seterusnya adalah satu keperluan karena hidup tanpa cinta bagaikan masakan tanpa garam. Karena itu jagalah cinta yang dianugerahkan itu, sebaik-baiknya agar ia terus mekar dan wangi sepanjang musim.

Kecewa bercinta bukan berarti dunia sudah berakhir. Masa depan yang cerah berdasarkan pada masa lalu yang telah dilupakan. Kamu tidak dapat melangkah dengan baik dalam kehidupan kamu sampai kamu melupakan kegagalan kamu dan rasa kekecewaan itu.

Hanya diperlukan waktu semenit untuk menafsir seseorang, sejam untuk menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang, tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.

Hidup tanpa cinta sepeeti makanan tanpa garam. Oleh karena itu, kejarlah cinta seperti kau mengejar waktu dan apabila kau sudah mendapat cinta itu, jagalah ia seperti kau menjaga dirimu. Sesungguhnya cinta itu karunia Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam sebuah percintaan, janganlah kamu sesali perpisahan tetapi sesalilah pertemuan.
Karena tanpa pertemua tidak akan ada perpisahan. Menikahlah dengan orang yang lebih mencintai diri kita daripada kita mencintai diri orang itu. Itu lebih baik daripada menikahi orang yang kita cintai tetapi tidak menyintai diri kita karena adalah lebih mudah mengubah pendirian diri sendiri daripada mengubah pendirian orang lain.

Cinta yang suci dapat dilihat dari pengorbanan seseorang, bukanlah dari pemberian semata.

Ibaratkalah kehilangan cinta itu seumpama hilangnya cincin permata di lautan luas yang tiada bertepi dan harus dilupakan.

Cinta tidak selalu bersama jodoh, tapi jodoh selalu bersama cinta.

Kata pujangga ; Cinta letaknya di hati, meskipun tersembunyi, namun getarannya jelas sekali. Ia mampu mempengaruhi fikiran sekaligus mengendalikan tindakan kita sehingga kadangkala kita melakukan hal terbodoh tanpa kita sadari.

Cinta dimulai dengan senyuman, tuumbuh dengan dekapan dan seringkali berakhir dengan air mata.

Kumpulan kata mutiara cinta diatas itu hanya sebagian saja, sebenarnya masih banyak yang lain, silahkan anda searching saja di google. Selamat menikmati indahnya kata mutiara cinta.

Minggu, 22 Agustus 2010

AL BAROKAH AROMATIC









Adalah sebuah label usaha yang sedang kami rintis, melalui kemampuan -kemampuan yang telah kami dapatkan di bidang per-Minyak Wangi-an..
B
isnis
refil parfume
menjadi suatu bisnis atau usaha yang sangat menjanjikan ? Potensi peluang usaha refill parfum masih sangat besar karena begitu banyaknya lokasi potensial yang masih belum tergarap, pangsa pasar parfum di Indonesia sudah menjadi suatu kebutuhan gaya hidup yang tidak bisa di tinggalkan. Refil parfum kini menjadi salah satu solusi pilihan masyarakat karena harga yang begitu terjangkau.
Oleh karena itu,, dalam rubik ini bermaksud mengenalkan usaha kami yang bergerak dibidang AROMATIC, atau bibit parfum baik dari Eropa maupun Arabia, selain itu kami juga ingin membangun kemitraan dengan anda, yang mana peluang usaha refil parfum ini tidak membutuhkan kinerja yang teramat berat.

Senin, 09 Agustus 2010


LAMBANG BUQ DAN ARTI FILOSOFINYA



A. BENTUK

Lambang BUQ berbentuk KELOPAK BUNGA, mengandung pengertian bahawa BUQ adalah wahana untuk mencetak kader generasi penerus yang handal dalam upaya melestarikan syariat Islam yang diwariskan para Ulama pendahulu

B. WARNA

Lambang BUQ berwarna dasar HIJAU menunjukkan warna kesuburan, kedamaian dan kesejukkan. Dengan demikian, diharapkan keluarga besar BUQ akan selalu berada dalam kondisi seperti itu sehingga dapat menunjang keberhasilan di segala bidang.

C. ISI

1. Latar belakang KA”BAH melambangkan sikap & sifat universal, terbuka dan tidak memihak. BUQ adalah lembaga pendidikan yang bebas dari segala macam pengaruh dan kepentingan serta semata-mata hanya mencari ridho Allah SWT.

2. Tulisan kaligrafi arab BUSTANU ‘USYSYAQIL QUR’AN merupakan nama pondok pesantren yang bermakna “ TAman Para Perindu Al Qur’an “. Dalam nama tersebut terkandung maksud dan harapan agar pondok ini menjadi tempat yang tenang, nyaman dan damai bagai sebuah taman bagi mereka yang rindu belajar Al Qur’an. Sedangkan bentuk kapal layar ( Thugro’ ) dari kaligrafi tersebut melambangkan gerakan yang dinamis, terarah dan penuh percaya diri tanpa kehilangan kemudi untuk mencapai pantai kebahagian duniawi maupun ukhrowi.

3. bulan berwarna kuning keemasan bertuliskan betengan demak mengandung maksud dan harapan agar dari sini memancar Nur Ilahi ke segala penjuru membawa cahaya terang kepelosok negeri.

4. mushaf terbuka merupakan identitas buq sebagai tempat dan lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri dalam bidang Al Qur’an

5. ombak empat lapis menunjukkan bahwa BUQ berhaluan Ahlusunah Wajama’ah ‘Ala Madzhabil ‘Arba’ah. Jumlah gelombang 7.5x4 lapis = 30 sesuai dengan jumlah juz dalam Al Qur’an .

6. tujuh bintang berwarna kuning keemasan adalah lambing dari imam Qiro’ah tujuh ( Qiroah Assab’i) yang di ajarkan pada santri pasca tahfidz. Sedangkan bintang besar yang terletak di tengah merupakan lambang dari Imam Qiro’at ‘Ashim yang menjadi Qiroah utama yang di ajarkan.

7. dua buah bulu kanan kiri melambangkan dua aspek kebutuhan hidup manusia, yaitu lahir dan bathin, dunia dan akhirat. Kesemuanya dapat diperoleh dengan belajar disini.

8. Tulisan BUQ saling kait adalah lambing persatuan dan kesatuan serta kebersamaan dan kekompakan yang merupakan syarat mutlak keberhasilan Program.

9. Tulisan latin kanan kiri pondok pesantren betengan demak menunjukkan bahwa segala aktifitas BUQ bernuansa pesantren (salaf) dan dipusatkan di Betengan Demak yang sekaligus menjadi nama lain dari pondok BUQ walaupun tidak secara tepat terletak di jalan Betengan.








Demak, Februari 1974 M

SELAYANG PANDANG PP. BUQ BETENGAN DEMAK


BIOGRAFI PENDIRI PONDOK PESANTREN
BUSATNU ‘USYSYAQIL QUR’AN

Putra Teladan Seorang Ulama’ Besar Di Jawa
Sejarah pesantren, sebagaimana sering dipahami orang tidak akan terlepas dari sejarah pendirinya dan para kyainya. Hal ini dapat kita maklumi karena kyai merupakan elemen terpenting dalam sebuah pesantren. Bahkan, tidak akan disebut pesantren bila tidak ada kyainya.
Begitu pula yang terjadi di pondok pesantren Bustanu ‘Usysyaqil Qur’an (BUQ). Pondok ini didirikan oleh seorang ulama’ yang memiliki sejarah dan nasab yang cemerlang. Beliau adalah KH. R. Muhammad, putra dari KH. Mahfuzh At Tarmasi, seorang ulama’ jawa yang aktif dalam percaturan pemikiran ulama-ulama Timur Tengah pada abad ke-18 Masehi. Hal ini dapat kita ketahui dari kitab-kitab karangannya yang cukup berpengaruh terhadap ulama-ulama pada masa itu. Di antara kitabnya adalah Mauhibah Dzil al-Fadl Syarh Bafadhal di bidang figih sebanyak empat jilid (sudah tercetak) dan disempurnakan dengan jilid kelima dengan judul Takmilah Mauhibah Dzil al-Fadl (belum tercetak). Kitab ini merupakan komentar terhadap kitab karya Ibnu Hajar. Selain itu, karya monumental beliau adalah Manhaj Dzawi an-Nazhar di bidang Musthalah Hadits. Masih banyak lagi karya beliau yang belum terpublikasikan.
Selain pada karya-karya beliau di atas, kebesaran KH. Mahfuzh juga tampak pada murid-murid beliau yang kelak menjadi ulama-ulama masyhur di Tanah Air. Di antara mereka adalah
- KH. Hasyim Asy’ari dari Jombang Jawa Timur, yang merupakan pendiri Nahdlatul ‘Ulama, organisasi terbesar di Indonesia.
- KH. Munawir dari Krapyak Yogyakarta, pendiri Pondok Pesantren Al Munawir Krapyak.
- KH. Wahab Hasbullah dari Jombang Jatim, pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum.
- KH. Asnawi dari Kudus Jawa Tengah.
- KH. Dalhar dari Watucongol Muntilan.
Kedalaman dan keluasan ilmu KH. Mahfuzh membuat beliau di percaya untuk menjadi mufti di Makkah dan mengajar di Masjidil Haram. Keagungan beliau tersebut, tampaknya memberikan pengaruh tersendiri bagi putra beliau. Apalagi sejak kecil, KH.R. Muhammad, sang putra tersebut sudah terbiasa mengikuti ayahnya ketika mengajar di Masjidil Haram serta melakukan thawaf di Baitullah. Hal itu agaknya membangkitkan cinta beliau terhadap ilmu-ilmu agama. Hingga suatu ketika datang seorang santri yang hendak menimba ilmu kepada KH. Mahfuzh. Orang itu adalah KH. Munawir yang kelak menjadi pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Saat itu KH. Munawir sedang menunaikan ibadah haji bersama istri beliau. Begitu menyadari bahwa santri tersebut mampu mengkhatamkan Al Qur’an dengan sekali thawaf, KH. Mahfuzh berpesan pada Putranya agar mampu menirunya.
Pada saat berusia 9 tahun, KH. Mahfuzh berpulang ke Rahmatullah, hingga R. Muhammad menjadi yatim piatu. Sementara Muslimah, sang ibunda yang berasal dari Demak, telah wafat terlebih dahulu dan dimakamkan di daerah asal beliau tersebut. Sedangkan sang ayahanda dimakamkan di Makkah. Menurut keterangan yang disampaikan Syekh Thohir kepada KH. Muhdi Taslim (adik ipar R. Muhammad), ketika menunaikan ibadah haji tahun 1963-jasad KH. Mahfuzh masih utuh. Hal itu diketahui ketika makam tersebut digali untuk dipindahkan ke tempat lain, akhirnya, menurut Syekh Thohir, pemindahan itu tidak jadi dilakukan karena tidak mungkin memindahkan makam orang yang selalu dijaga oleh Allah.

Demi Permata Ilmu, Kembali Ke Tanah Jawa
Dengan meniggalnya kedua orang tua, R. Muhammad akhirnya dibawa boyong ke Tanah Air, oleh KH. Munawwir, sesuai melaksanakan ibadah haji dan menimba ilmu kepada KH. Mahfuzh meski tidak lama. Hal itu dilakukan oleh KH. Munawwir karena beliau telah diwasiati oleh KH. Mahfuzh untuk mendidik anaknya di bidang hafalan Al Qur’an. Sesampai di Tanah Air, kemudian beliau diserahkan oleh KH. Munawwir kepada KH. Dimyati, kakak KH. Mahfuzh, yang merupakan pengasuh Pondok Tremas saat itu, KH. Dimyati menyerahkan R. Muhammad kepada KH. Munawwir untuk dididik menghafal Al Qur’an.
Kemudian, R. Muhammad diambil KH. Munawwir sebagai anak angkat yang sangat disayangi hingga seakan melebihhi kasih sayang terhadap putra-putra beliau sendiri. Selama kurang lebih 4 tahun, beliau belajar di Pondok Krapyak. Sehabis menimba ilmu disana, beliau diserahkan kembali kepada sang paman, KH. Dimyati di Pondok Tremas. Di Pondok tersebut, R. Muhammad diasuh dan diawasi langsung oleh KH. Dimyati dan dibantu oleh KH. Ali Ma’shum, putra KH. Ma’shum dari Lasem, yang menjadi menantu KH. Munawwir. Kemudian, setelah cukup banyak ilmu agama yang dikuasai, KH. Dimyati memerintahkannya untuk ber-tabarruk-an kepada KH. Ma’shum Lasem.

E p i l o g
Sebagaimana diketahui bersama, perkembangan zaman semakin maju. Informasi yang bukan berasal dari ajaran Al Qur’an datang membanjiri pikiran kita dengan tak terbendung. Informasi-informasi itu pun dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat terutama generasi muda Islam. Untuk mengantisipasi hal itu, perlu adanya balance dan filter agar masyarakat, khususnya generasi muda islam, tidak terjerumus kepada informasi yang menyesatkan. Dengan demikian, mereka kelak bisa betul-betul diharapkan menjadi generasi penerus agama, bangsa, dan negara yang baik serta bertanggung jawab amat dikenal dan dihormati oleh masyarakat Demak. Apalagi pada saat itu, ulama yang hafizh Al Qur’an memang masih sedikit sekali. Namun, pada tahun 1920-an, beliau meninggal dunia. Seorang saudagar Demak, H. taslim, yang merupakan teman dekat Kyai Apil, merasa kehilangan sekali atas meninggalnya Kyai tersebut. Karena itulah, ia pun berkeinginan untuk mendapatkan seorang menantu hafizh yang dapat mengajarkan Al Qur’an kepada masyarakat Demak.
Tidak berlangsung lama, keinginan H. Taslim tersebut akhirnya terwujud. Teryata keponakan beliau, R. Muhammad, adalah seorang remaja yang hafizh al Qur’an sekaligus menguasai ilmu-ilmu agama. Sang paman pun menaruh simpati kepadanya. Karena itulah, beliau berusaha agar bisa menjodohkannya dengan salah seorang putrinya yang bernama Fathimah. Alhamdulillah, usaha dan do’a beliau dikabulkan oleh Allah sehingga akhirnya R. Muhammad dapat diambil sebagai menantu.
Setelah menjadi menantu H. Taslim, R. Muhammad masih mengajar di Pondok Tremas selama satu tahun. Usai waktu rentang tersebut, baru beliau pulang ke rumah mertuanya di Demak. Kepulangan beliau disertai pula oleh santri-santri beliau yang menghafalkan Al Qur’an di Tremas. Kurang lebih tiga tahun beliau tinggal bersama mertua sembari mengajarkan ilmu yang ia kuasai, terutama ilmu Al Qur’an kepada para muridnya
Memenuhi Panggilan Jihad
Tatkala usia beliau menginjak remaja, R. Muhammad sering berkunjung ke Demak untuk menyambung tali silaturrahmi dengan keluarga besar ibundanya. Pada masa itu pula, kurang lebih tahun 1990-an, di Demak hiduplah seorang ulama hafizh Al Qur’an bernama kyai Ali Hafizh yang biasa di panggil Kyai Apil. Beliau
amat dikenal dan dihormati oleh masyarakat Demak. Apalagi pada saat itu, ulama yang hafizh Al Qur’an memang masih sedikit sekali. Namun, pada tahun 1920-an, beliau meninggal dunia. Seorang saudagar Demak, H. taslim, yang merupakan teman dekat Kyai Apil, merasa kehilangan sekali atas meninggalnya Kyai tersebut. Karena itulah, ia pun berkeinginan untuk mendapatkan seorang menantu hafizh yang dapat mengajarkan Al Qur’an kepada masyarakat Demak.
Tidak berlangsung lama, keinginan H. Taslim tersebut akhirnya terwujud. Teryata keponakan beliau, R. Muhammad, adalah seorang remaja yang hafizh al Qur’an sekaligus menguasai ilmu-ilmu agama. Sang paman pun menaruh simpati kepadanya. Karena itulah, beliau berusaha agar bisa menjodohkannya dengan salah seorang putrinya yang bernama Fathimah. Alhamdulillah, usaha dan do’a beliau dikabulkan oleh Allah sehingga akhirnya R. Muhammad dapat diambil sebagai menantu.
Setelah menjadi menantu H. Taslim, R. Muhammad masih mengajar di Pondok Tremas selama satu tahun. Usai waktu rentang tersebut, baru beliau pulang ke rumah mertuanya di Demak. Kepulangan beliau disertai pula oleh santri-santri beliau yang menghafalkan Al Qur’an di Tremas. Kurang lebih tiga tahun beliau tinggal bersama mertua sembari mengajarkan ilmu yang ia kuasai, terutama ilmu Al Qur’an kepada para muridnya

Berpindah ke Tempat Baru
Melihat semakin banyaknya santri yang belajar kepada beliau, H. Taslim, sang mertua, dan masyarakat sekitar, mendorong beliau untuk mendirikan pondok pesantren. Hal itu juga guna menampung para santri yang sebagian bertempat di rumah mertuanya dan sebagian di rumah-rumah penduduk. Akhirnya pada tahun 1936, beliau mendirikan sebuah pesantren di daerah Betengan Bintoro Demak. Pendirian pesantren tersebut juga atas restu dari guru-guru beliau, yaitu KH. Ma’shum Lasem, KH. Masyur Popongan Klaten, dan KH. Munawwir Krapyak Yogyakarta. Pesantern ini di beri nama oleh KH. Munawwir dengan “Bustanu ‘Usysyaqil Qur’an” yang berarti taman para perindu al Qur’an. Disinilah beliau kemudian hidup mandiri mengembangkan ilmu-ilmu yang di perolehnya. Di sini pula, beliau membangun rumah tangga bersama istri tercinta yang kelak memberi beliau enam orang putra
Kepribadian KH. R. Muhammad bin Mahfuzh At Tarmasi
Dengan berpindah ke tempat tersebut, beliau mengajarkan Al Qur’an kepada para santri dengan sungguh-sungguh bahkan kebanyakan kehidupan beliau dicurahkan untuk mendidik para santri, beliau dikenal sangat disiplin. Beliau selalu hadir di majlis pengajian dengan tepat dan tidak mengakhiri pengajian sebelum jam yang ditetapkan.
Lebih-lebih pada bulan Romadlon, kedisiplinan beliau akan selalu ditekankan.

Beliau juga sangat mengajarkan santrinya untuk selalu rajin (mempeng = jawa) yang merupakan salah satu modal utama guna meraih kesuksesan menuntut ilmu. Bahkan, salah satu santri beliau menjabarkan ajaran tersebut kepada penulis, “Ibarate seliramu sedino ngendok peng limo, iku luweh apik tenimbang seliramu samben dino poso, ning tura-turu tok!” dalam bahasa Indonesia kira-kira maksudnya adalah “Ibaratnya kamu sehari masak/makan lima kali asal mau rajin serta sungguh-sungguh dalam belajar, maka hal itu lebih baik daripada kamu setiap hari puasa tapi tidur melulu!”
Disamping kesibukan mengajar para santri, KH. R. Muhammad selalu menyempatkan diri untuk menghatamkan Al Qur’an dalam sehari. Bahkan, dari beberapa keterangan yang penulis terima, beliau terbiasa menghatamkan Al Qur’an 30 juz dalam waktu yang relatif singkat, yaitu lebih kurang tiga puluh menit.

Berpulang ke Rahmatullah
Setelah mengasuh Pondok Pesantren BUQ sekian lama beliau diberi Allah cobaan. Salah seorang anggota keluarga beliau yang juga teman akrab dalam bermusyawaroh, yaitu KH. Hamid Tremas, meninggal dunia karena dibunuh PKI pada peristiwa pemberontakan PKI Madiun. Atas meninggalnya KH. Hamid tersebut, KH. R. Muhammad merasa terpukul dan dirundung duka cita yang mendalam. Hingga akhirnya, beliau pun jatuh sakit selama sekitar satu tahun.
Kemudian pada tahun 1975, beliau berpulang ke Rahmatullah, menghadap sang Kholiq. Namun, ketika masih dalam keadaan sakit, beliau sempat berwasiat kepada adik ipar beliau yang bernama KH. Muhdi Taslim untuk meneruskan Pondok Pesantren BUQ ini. Pada waktu itu, beliau di karuniai empat orang anak, tiga orang prempuan dan satu orang laki-laki. Anak lelaki satu-satunya tersebut merupakan anak bungsu dan bernama Harir Muhammad. Ia baru berusia satu tahun ketika di tinggal wafat sang ayahnda, KH. R. Muhammad.

PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN
BUSTANU ‘USYSYAQIL QUR’AN
Sepeninggal KH. Raden Muhammad, KH. Muhdi Taslim meneruskan Pondok Pesantren BUQ ini sampai tahun 1975. pada pertengahan masa kepemimpinan beliau tersebut, sekitar tahun 1965, KH. Muhdi Taslim dibantu oleh menantu KH. Muhammad yang bernama KH. Abdullah Zainuri. Pada masa kepemimpinan KH. Muhdi Taslim inilah berdiri Pondok putri.
Seiring waktu terus berlalu, anak bungsu KH. R. Muhammad, yaitu Harir Muhammad pun menginjak dewasa. Ia telah menjadi seorang hafizh dan menguasai
pengetahuan agama yang cukup usai menimba ilmu di beberapa pesantren. Ia kemudian pulang ke Betengan pada tahun 1975. Dengan kepulangannya ke
Betengan, ia di amanati KH. Muhdi Taslim untuk meneruskan Pesatren peningalan ayahandanya ini sampai sekarang.
Sebagaimana sebelumnya, Pesantren BUQ telah hadir ditengah masyarakat sejak tahun 1936. hal itu merupakan suatu rentang waktu yang cukup panjang untuk perjalanan sebuah pesantren. Banyak yang telah dihasilkan oleh Pesantren ini, terutama penghafal Al Qur’an (Hufazh) yang kini tersebar di seluruh pelosok tanah air. Ini berarti pula Pesantren BUQ telah ikut andil memunculkan orang-oarang yang akan menjaga kemurnian Al Qur’an dan menyebarkan ajaran-ajaran mulia yang dikandungnya.
Disamping itu, Pondok Pesatren Bustanu ‘Usysyaqil Qur’an telah banyak mengukur prestasi, baik ditingkat daerah, nasional, dan internasional. Diantara prestasi-prestasi yang diraih tersebut,
 Juara ke enam dan masuk The Biq Ten dalam MHQ di Makkah Al Mukarromah pada tahun 1980 atas nama Harir Muhammad
 Juara I MHQ putri di Aceh pada MTQ Nasional tahun 1981 atas nama Siti Hajar
 Juara III MHQ putri di Aceh pada MTQ Nasional tahun 1981 atas nama Zilaikha
 Juara I MHQ putri pada MTQ di Lampung tahun 1987 atas nama Mutammimah
 Juara I putra pada MHQ Nasional yang diadakan oleh Jam’iyatul Qurro’ Wal Huffazh Nahdlotul Ulama di Garut pada tahun 1994 atas nama Mudhofir
 Juara I MHQ putri se Jawa-Madura di Pekalongan tahun 1981 atas nama Siti Hajar
Sedangkan untuk tingkat daerah banyak sekali prestasi yang telah direbut.

PROGAM PENDIDIKAN, USAHA, DAN KETERAMPILAN
PONDOK PESANTREN BUSTANU ‘USYSYAQIL QUR’AN

Proses pendidikan dan pengajaran yang berlangsung sejak tahun 1936 tersebut telah cukup memberikan pengalaman-pengalaman yang sangat berharga bagi pengembangan BUQ, baik dalam system pendidikan, materi pengajian, maupun keterampilan penunjang lainnya. Sudah barang tentu hal ini dilakukan atas asumsi bahwa alumni pesantren BUQ harus mampu berdikari dan berkiprah di tengah masyarakatnya.
Untuk itu secara sekilas perlu kami paparkan beberapa kegiatan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh PP. BUQ.

1. Program TPQ/TPA
Taman pendidikan Al Qur’an adalah salah satu lembaga pendidikan anak yang ditekankan pada pengenalan Al Qur’an, penghayatan, dan pengamalan Al Qur’an yang nantinya menjadi generasi Islam yang berprilaku Qur’ani.
Taman pendidikan Al Qur’an BUQ menargetkan kepada santri didik untuk dapat
menyelesaikan qira’ah Qur’an bin nazhor dalam jangka waktu dua tahun. Di samping itu mereka juga ditanamkan sopan-santun serta do’a-do’a sehari-hari, yang bisa mereka amalkan di kehidupan sehari-hari dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

2. Progam Ta’limul Qur’an bin-Nazhor
Dalam program Ta’limul Qur’an ini, peserta didik diajarkan membaca Al Qur’an dengan baik dan tartil sesuai dengan kaidah-kaidah pembacaan yang benar (ilmu tajwid). Program ini sebagai landasan bagi para santri untuk mengikuti program selanjutnya, yaitu program Ta’limul Qur’an bil Ghoib dan program Qira’ah Sab’ah.
Metode belajar mengajar dalam program ini adalah dengan musyafahah, sema’an bergantian dan deresan
 Musyafahah/Talaqqi, yaitu tatap muka langsung antara murid dan guru dengan berhadap-hadapan (face to face), kemudian sang guru membetulkan bacaan-bacaan yang keliru dari sang murid.
 Sema’an bergantian, yaitu salah seorang santri membaca surat-surat pendek dari Al Qur’an (juz amma) secara hafalan atau bil ghoib, kemudian santri yang lain menyimak untuk membetulkan bacaan apabila terjadi kekeliruan.
 Deresan, yaitu santri membaca Al Qur’an sendiri-sendiri dan berkumpul pada waktu dan tempat tertentu guna mempersiapkan pelajaran berikutnya.

3. Progam Tahfizhul Qur’an (bil ghoib)
Kelanjutan dari program Ta’limul Qur’an bin Nazhor, adalah Ta’limul Qur’an bil Ghoib. Dalam program ini, para santri dididik menghafalkan Al Qur’an sebagai langkah untuk menjaga kemurnian kandungan Al Qur;an dari perubahan. Hal itu karena Al Qur’an merupakan sumber dari segala dasar kehidupan manusia muslim di muka bumi ini yang harus dijaga kemurniannya.
Metode belajar-mengajar pada program ini adalah musyafahah, deresan, dan sema’an
 Musyafahah/Talaqqi, yaitu tatap muka langsung antara murid dan guru dengan berhadap-hadapan (face to face). Sang murid membaca Al Qur’an dengan
melihat langsung mushaf (bin nazhor), kemudian sang guru membetulkan bacaan-bacaan yang keliru dari sang murid. Metode ini dilaksanakan terhadap santri yang menyetor hafalannya kepada guru/kyai. Kemudian, kegiatan ini dilakukan setiap hari dua kali, yaitu pada ba’da shubuh dan ba’da ashar.
 Sema’an
a. Sema’an bergantian dua orang, yaitu salah seorang santri membaca Al Qur’an
secara hafalan atau bil ghoib, kemudian santri lain yang menyimak untuk membetulkan bacaan apabila terjadi kekeliruan. Sema’an ini dilakukan minimal satu juz setiap kali pertemuan. Kegiatan ini dilakukan dua kali sehari, yaitu pada jam 09.30 WIB dan ba’da Isya’ sampai jam 21.00 WIB.
b. Sema’an Halaqoh. Sema’an ini dilakukan oleh kelompok, yang rata-rata terdiri dari empat orang. Setiap kelompok terdiri dari santri-santri yang rata-rata telah memperoleh hafalan berimbang. Kegiatan ini dilakukan setiap Selasa dan Jum’at mulai ba’da shubuh sampai jam 07.00 WIB. Setiap pertemuan, Al Qur’an yang dibaca sebanyak dua setengah juz dari dari hafalan-hafalan yang terdahulu. Setiap santri membaca satu halaman secara bergantian.
c. Sema’an Ahad Legi. Sema’an ini dilakukan tiap bulan pada tiap hari Ahad Legi. Sema’an ini dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu 1-5 juz, 6-10 juz, 11-15 juz, 16-20 juz, 21-25 juz dan 1-30 juz. Setiap kelompok berjumlah sekitar empat orang yang terdiri dari santri-santri yang rata-rata memperoleh hafalan berimbang. Setiap santri membaca satu halaman secara bergantian. Para petugas penyemaknya terdiri dari para santri huffazh yang tidak mendapat tugas membaca serta dari para santri bin nazhor.
d. Dalam acara sema’an ini juga diadakan pembacaan do’a untuk mereka yang ingin agar arwah keluarga mereka dido’akan dengan wasilah khataman Al Qur’an, baik dari kalangan santri maupun masyarakat luar. Setiap arwah yang dido’akan, dikenai infaq Rp. 3.000,- atau 3 Kg beras guna membiayai syukuran khataman dan minuman para pembaca serta penyimak.
e. Sema’an dalam rangka “ujian” tingkat ke jenjang hafalan berikutnya. Sema’an ini wajib dilakukan ketika santri telah menyelesaikan hafalannya sebanyak 5 juz dan kelipatannya, misalnya 5 juz, 10 juz, 15 juz, dan seterusnya. Apabila santri belum mampu melaksanakan sema’an tersebut, maka tidak diperbolehkan menambah hafalan berikutnya. Sema’an harus disaksikan oleh minimal dua orang penyimak. Hasil dari sema’an tersebut dicatat dalam sebuah formulir yang diperiksa oleh pengurus huffazh dan kyai, kemudian dikirimkan ke orang tua/wali santri masing-masing. Dalam setiap juz, minimal terdapat dua kesalahan. Apabila jumlah kesalahan lebih dari dua, maka santri harus mengulang sema’an tersebut, dan belum diperbolehkan ikut musyafahah dengan
kyai untuk menambah materi hafalan berikutnya.
f. Sema’an dalam rangka menyambut hari-hari besar Islam. Tata cara sema’an ini sama dengan sema’an Ahad Legian.
 Deresan, yaitu santri membaca Al Qur’an sendiri-sendiri dan berkumpul pada waktu dan tempat tertentu guna mempersiapkan pelajaran berikutnya, atau mengulang hafalan-hafalan yang sudah dimiliki.
4. Progam Qiro’ah Sab’ah
Dalam membaca Al Qur’an selain bacaan-bacaan yang sering kita dengar telinga kita sehari-hari, terdapat pula cara membaca Al Qur’an yang lain yang dikenal dengan Qiro’ah Sab’ah (Qiro’ah yang tujuh). Di BUQ, Qiro’ah Sab’ah juga diajarkan sebagai program lanjutan setelah santri mengkhatamkan Al Qur’an bil ghoib dengan Qiro’ah Ashim yang notabene merupakan qiro’ah utama yang diajarkan mula-mula. Santri yang mengikuti program ini adalah santri yang memang dianggap mampu oleh pengasuh. Dengan demikian, tidak setiap santri yang telah khatam bil ghoib, melanjutkan ke program ini, metode pengajarannya adalah musyafahah /talaqqi dan santri menulis terlebih dahulu ayat-ayat Al Qur’an yang akan di baca di depan guru.
5. Program Madrasah Diniyyah
Islam adalah satu ajaran agama samawi yang telah memberikan aturan-aturan bagi pemeluknya untuk diamalkan Aturan-aturan tersebut meliputi amalan-amalan yang bersifat horisontal (mu’amalah) dan yang bersifat vertical (ubudiyyah).
Untuk dapat melaksanakan ajaran-ajaran tersebut, perlu adanya satu sarana dan prasarana untuk memperdalam pengetahuan agama, baik dalam bentuk klasikal (madrasah) maupun yang non klasikal (bandongan, sorogan). PP. BUQ pun memberikan program Madrasah Diniyyah untuk memberikan bekal kepada santri pengetahuan keagamaan. Program ini ditekankan kepada santri yang hanya mengikuti program Ta’limul Qur’an bin nazhor.
Madrasah Diniyyah ini terbagi menjadi beberapa kelas, yaitu kelas I, kelas II, kelas III, dan kelas Istimewa (untuk santri yang masih dalam persiapan untuk mengikuti program tahfizh atau sedang menjalaninya).
6. Program Pengajian Kitab Kuning
Program ini merupakan ekstra kurikuler untuk manambah wawasan pengetahuan keislaman santri. Pengajian ini dilakukan seminggu dua kali ba’da Maghrib dan disampaikan secara bandongan. Kitab yang dibaca bervariasi, seperti kitab-kitab tentang masalah tafsir, fiqih, tajwid, ulumul qur’an, akhlaq, hadis dan lain-lain.
7. Progam Pengajian Rutin Orang Tua
Dalam upaya untuk menjadikan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang juga peduli terhadap masyarakat sekitarnya, PP. BUQ mengadakan pengajian rutin setiap Selasa dan Sabtu sore (ba’da Ashar) untuk para orang tua yang tinggal di seputar lingkungan pondok. Pengajian tersebut diberikan oleh para kyai dan ustadz dari PP. BUQ sendiri dan berkisar tentang masalah-masalah keagamaan praktis.

8. Unit Usaha Koprasi
Koprasi adalah soko guru perekonomian yang menjadi wadah untuk meningkatkan taraf ekonomi bagi para anggotanya dan menunjang berbagai kegiatan pesantren.
Dalam meningkatkan taraf ekonomi Pondok Pesantren BUQ dan memberikan bekal di bidang perekonomian dan keterampilan kepada santri, PP. BUQ telah membentuk koperasi yang jenis usahanya adalah bidang pertokoan, wartel, simpan pinjam, argo industri, muebel dan perbengkelan las.

9. Unit Ta’lif Wan-Nasyr
Telah jelas didepan bahwa keluarga pendiri Pondok Pesantren BUQ adalah pewaris tunggal dari KH. Mahfuzh bin Abdullah At Turmusi yang telah menulis kitab-kitab keagamaan yang menjadi bahan literatur bagi pengetauan keagamaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Beranjak dari hal itu, Unit Ta’lif wan Nasyr PP. BUQ berupaya agar dapat menerbitkan kembali kitab-kitab karangan KH. Mahfuzh yang telah banyak diterbitkan, baik di dalam maupun di luar negeri. Disamping itu, unit ini juga berupaya menerbitkan kitab-kitab yang sudah disusun oleh beliau namun sampai saat ini masih belum dicetak. Percetakan ulang ini dimaksudkan untuk memasyarakatkan hasil karya beliau sehingga dapat membantu mereka yang ingin memahami dan menambah pengetahuan agama.

10. Progam Pengajian Rutin Orang Tua
Dalam upaya untuk menjadikan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang juga peduli terhadap masyarakat sekitarnya, PP. BUQ mengadakan pengajian rutin setiap Selasa dan Sabtu sore (ba’da Ashar) untuk para orang tua yang tinggal di seputar lingkungan pondok. Pengajian tersebut diberikan oleh para kyai dan ustadz dari PP. BUQ sendiri dan berkisar tentang masalah-masalah keagamaan praktis.

11. Unit Usaha Koprasi
Koprasi adalah soko guru perekonomian yang menjadi wadah untuk meningkatkan taraf ekonomi bagi para anggotanya dan menunjang berbagai kegiatan pesantren.
Dalam meningkatkan taraf ekonomi Pondok Pesantren BUQ dan memberikan bekal di bidang perekonomian dan keterampilan kepada santri, PP. BUQ telah membentuk koperasi yang jenis usahanya adalah bidang pertokoan, wartel, simpan pinjam, argo industri, muebel dan perbengkelan las.

12. Unit Ta’lif Wan-Nasyr
Telah jelas didepan bahwa keluarga pendiri Pondok Pesantren BUQ adalah pewaris tunggal dari KH. Mahfuzh bin Abdullah At Turmusi yang telah menulis kitab-kitab keagamaan yang menjadi bahan literatur bagi pengetauan keagamaan baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Beranjak dari hal itu, Unit Ta’lif wan Nasyr PP. BUQ berupaya agar dapat menerbitkan kembali kitab-kitab karangan KH. Mahfuzh yang telah banyak diterbitkan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Disamping itu, unit ini juga berupaya menerbitkan kitab-kitab yang sudah disusun oleh beliau namun sampai saat ini masih belum dicetak.cetakan ulang ini dimaksudkan untuk memasyarakatkan hasil karya beliau sehingga dapat membantu mereka yang ingin memahami dan menambah pengetahuan agama.

Minggu, 08 Agustus 2010

FIQIH MUNAKAHAT





TA’ARUF DAN KHITHBAH
Taaruf
  • Mengenal dengan baik, menambah kemantapan, kesenangan, kebahagiaan, merawat cinta-kasih, memahami dan saling menolong, memperkecil kesalah pahaman, mudah untuk memperbaiki jika ada kesalahan.
  • Ta’aruf harus sesuai dengan aturan – aturan syar’i dan tidak boleh mengarah kepada kemaksiatan atau ada kesan main-main.
  • Ta’aruf merupakan salah satu alat atau sarana sekaligus proses, dan belum merupakan tanda jadi secara mutlak, tetapi ada indikasi untuk jadi.
  • Ta’aruf harus terikat dengan adab – adab islam dan tidak asal asalan.
  • Ta’aruf boleh langsung dan boleh tidak langsung asalkan tetap dalam tataran syar’I, artinya tidak boleh berduaan tanpa muhrim dan tidak kearah berpacaran atau kumpul kumpul yang tidak syar’i.
Melalui Ta’aruf, bisa Ru’yah atau nadhor dan menjadi sarana bermusyawarah.
Ta’aruf nilai hukumnya sunnah, yang penting untuk diperhatikan bagi setiap orang yang akan menikah dan Menikah tanpa ta’aruf tetap sah.

KHITHBAH / Melamar / meminang
  • Khitbah hukumnya sunnah
  • Khitbah bukan tanda jadi secara mutlak, tetapi merupakan pengantar untuk jadi dan menunjukkan keseriusan.
  • Khitbah biasanya dilakukan oleh orang tua atau wakilnya atau boleh langsung anaknya, tetapi yang terbaik adalah kedua duanya
Adab Khitbah
  • Berniat baik
  • Bertutur kata baik
  • berperilaku yang baik
  • tidak berlebihan dan tidak ada maksiyat
  • saling menghormati dan bermusyawarah
  • berzikir kepada Allah
  • Menjaga adab majlis

Yang perlu diperhatikan :
  • Tidak ada tukar cincin sebelum pernikahan.
  • Tidak boleh memperkecil mahar dan memperbesar peningset atau hadiah sebelum pernikahan (kurang afdhol)
  • Idealnya jarak antara Khitbah dengan Akad dan walimah tidak terlalu lama menunggu
  • Khitbah adalah sarana untuk merencanakan pelaksanaan Walimah dan Akad Nikah (bentuk yang diingginkan)

TATA CARA PERNIKAHAN
  • Menggunakan busana yang terbaik dan serapi mungkin (sesuai syari’at)
  • Pernyataan permintaan mahar oleh mempelai putri kepada mempelai putra.
  • Pemeriksaan berkas kedua mempelai oleh petugas KUA.
  • Khutbah nikah sebelum akad.
  • Salaman antara wali dengan mempelai putra bukan syarat sah.
  • Do’a
  • Tausiyah untuk kedua mempelai
AKAD NIKAH
Rukun yang paling penting adalah keridhoan dua belah pihak

Rukun Nikah
  • Sighatul Aqdi (Ijab dan Qobul)
  • Ada calon istri
  • Ada calon Suami
  • Ada wali
Syarat – syarat Ijab dan Qobul
  • Kedua mempelai tamyiz (baligh dan berakal)
  • Ijab dan Qobul tidak dipisahkan
  • Hendaknya qobul tidak berbeda dengan ijab
  • Yang melakukan akad mendengar dan faham apa yang diucapkannya
Syarat jadi Wali
  • Muslim
  • Baligh
  • Laki – laki
  • Ayah, kakek dari ayah, saudara laki – laki, anak saudara laki – laki, paman dari ayah, anak paman dari ayah atau wali hakim (berurutan)
Syarat – syarat jadi Saksi
  • Berakal
  • Baligh
  • Lebih dari satu
  • Laki – laki
  • Merdeka
  • Adil
  • Muslim
Mahar
Semua Ulama fiqh sepakat bahwa mahar termasuk syarat sahnya nikah dan tidak boleh nikah tanpa mahar
Tidak ada batas maksimal mahar
Menurut Imam Syafi’I, Imam Ahmad dan fuqoha madinah tidak ada batasan minimal; manurut Imam Malik minimal seperempat dinar emas atau 3 dirham perak; manurut Abu Hanifah minimal 10 dirham atau 5 dirham

Secara umum sahnya pernikahan :
  • Mahalliyah far’iyyah
  • Hendaknya sighah ijab dan qobul untuk selamanya
  • Adanya Saksi
  • Tidak ada paksaan
  • Ta’yin kedua mempelai
  • Mempelai dan wali tidak sedang ihram haji atau umrah
  • Pernikahan harus dengan mahar
  • Tidak boleh menyembunyikan pernikahan
  • Salah satu mempelai tidak dalam kondisi sakit keras
  • Kehadiran wali

PUTUSNYA IKATAN PERNIKAHAN
  • Talaq
  • Fasakh
  • Khulu’
  • Pemutusan pernikahan oleh pengadilan, dengan alasan : Tidak diberi nafkah, adanya aib, kekerasan keluarga, ditinggal pergi lama & tidak ada kabar, dipenjara, ila’, li’an, dzihar atau salah satu murtad